Senin, 25 April 2011

Tips berkebun emas

TIPS BERKEBUN EMAS

Sikap Penduduk Jepang (pasca Tsunami Jepang 11 Maret 2011)PDFPrint
Thursday, 17 March 2011
Bagaimana takjubnya dunia terhadap perilaku penduduk Jepang pascamusibah tsunami sudah banyak Anda baca. Dunia kagum dengan kedisiplinan dan kerukunan orang Jepang melewati masa-masa sulit.

Tak ada rebutan makanan, walaupun perut kosong atau anak menangis.Tak ada saling serobot lalu lintas,meski sudah lebih dari lima jam jalan tidak bergerak.Tak ada amarah atau komplain yang diucapkan,kendati listrik terus-menerus padam dan kereta api tak kunjung datang.Semua orang tahu bagaimana cara menahan diri. Apa yang membuat orangorang Jepang mampu menahan diri seperti itu?

Sumimasen 

Setiap kali saya bersenggolan di Tokyo atau di Osaka yang padat, kata sumimasen menjadi begitu familier di telinga saya. Begitu cepat orang yang menyenggol mengucapkankatatersebut— yangberarti ’permisi’ atau ’maafkan saya’. Anak-anak di Jepang begitu cepat mengucapkan kata itu satu dengan lainnya, disertai anggukan kepala sebagai tanda respek. Selama beberapa kali melakukan kunjungan dan studi di Jepang, seingat saya hampir tidak pernah saya melihat orang Jepang berkelahi atau rebut mulut.

Bahkan saya tak pernah melihat orang-orang Jepang bertatap mata dengan tajam seperti yang sering kita saksikan saat remaja-remaja kita bertengkar.Tawuran? Ini apalagi. Praktis tidak terdengar. Di Anyer,seorangtemanyang membuka usaha rumah makan Jepang yang dilengkapi pijat sehat bercerita bahwa pelanggan- pelanggannya semula adalah para eksekutif Jepang yang sedang bertugas di sana.

Entah karena apa belakangan di sekitar Anyer datang pekerja asal Korea dan mereka secara beramai-ramai mendominasi tempat pijat.Tentu saja hal ini membuat pelanggan asal Jepang terdesak. Anda tahu apa yang dilakukan keluarga asal Jepang yang terdesak itu? Mereka diam seribu bahasa dan memilih mundur perlahan-lahan. Tak ingin terlibat dalam keributan telah menjadi karakter penduduk Jepang.

Beberapa pemuda magang asal Indonesia yang saya temui di Osaka pada September tahun lalu bercerita bagaimana nilai-nilai itu dibangun di Jepang. Berbeda dengan di Tanah Air, katanya, di taman kanakkanak mereka tidak diajari matematika. Lantas apa yang diajarkan? ”Mencuci piring,mengepel, dan origami,”ujarnya. ”Satu lagi, kalau bersentuhan mereka harus Cepatcepat bilang sumimasen,” katanya. Berbeda dengan di Indonesia.

Taman kanak-kanak yang tak lain adalah tempat bermain telah berubah menjadi sekolah yang dilengkapi target yang luar biasa ambisius. Di pintu sekolah, ibu-ibu muda menggunjingkan pelajaran berhitung dengan membanggakan anak-anaknya yang katanya sudah pintar menghafal angka 1 sampai 100.

Sementara itu, stasiun televisi sangat getol menampilkan anak-anak pandai menghafal nama-nama negara atau bendera berbagai bangsa. Tak ada yang mempersoalkan anak-anak itu berbicara sambil mengunyah makanan atau terduduk- tidur seenaknya. Kita telah lebih mengedepankan aspek kognitif ketimbang aspek psikomotorik yang menjadi pembentuk karakter yang penting.

SOP 

Orang-orang Jepang bagi saya adalah sosok yang sangat menarik.Agak pemalu, sangat santun, dan bicaranya halus. Terkesan tidak ingin menonjolkan diri dan secara individu tidak begitu dominan.Namun, bila berada dalam sebuah tim mereka pun menunjukkan keperkasaan. Manajemen Jepang pada dasarnya adalah manajemen SOP (standard operating procedure). Apa pun juga mereka ingin standardisasikan. Prinsipnya semua harus dibuat tertulis, persis seperti filosofi ISO, ”Write what you do,and do what you write”(Tulis apa yang Anda kerjakan,dan kerjakan seperti yang tertulis).

Dengan modal SOP seperti itu Jepang membangun industrinya dengan detail, terencana, repetisi, dan terkoreksi melalui mekanisme kontrol. Setiap kali seseorang menemukan sebuah produk dari sebuah sampel yang diambil ada yang cacat, proses produksi pun dihentikan.Mereka memencet tombol,mesin berhenti,dan semua orang dalam satu line di pabrik segera masuk ruang rapat. Mereka menelusuri sebab- sebab dan memperbaikinya on the spot. Seorang bintang olahraga baseball Jepang mengatakan, ”Yang paling saya bosan bermain di sini adalah seringnya coachmeminta time out.”

Mereka rewel dan detail, tetapi hasilnya luar biasa. Cerita lain soal SOP dialami istri saya saat dia membeli kamera yang menjadi hobi anak kami. Dua jam dia berbicara dengan petugas hanya untuk meminta agar kamera yang dibelinya dapat diganti pada bagian-bagian tertentu, ternyata tidak selesai-selesai.Pegawai KBRI yang menjemput kemudian memberi tahu kami: ”Di sini kalau Anda memesan makanan terimalah sesuai menu.Kalau di Indonesia Anda bisa meminta pesanan makanan ditambahi cabai, kurangi lemak,tambahi jamur atau buat lebih asin,demikian mudah.

Di Jepang semua orang bekerja sesuai SOP dan menyesuaikan diri dengan masing-masing selera adalah masalah besar.” Mungkin karena itu pulalah Bapak dan Ibu mengalami kesulitan untuk mengirim bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, bahkan relawan kemanusiaan untuk membantu evakuasi para korban Tsunami di Jepang. Semua sudah ada SOP-nya dan standar mereka begitu tinggi.

Kontrol begitu ketat—demi sebuah kesejahteraan. Namun apa pun yang terjadi, tetaplah menunduk, mohon ampun, dan berdoalah agar saudara-saudara kita yang terkena musibah di Jepang diberi kekuatan dan semoga arwah para korban diberi ampunan. Kita juga berdoa agar musibah seperti itu menjauh dari Tanah Air.

RHENALD KASALI 
Ketua Program MM UI 



sumimasen 

すみません

maaf : permisi : terima kasih

Kaya dari Affiliate Marketing

Kaya dari Affiliate Marketing 

Minggu, 24 April 2011

Emas sebagai investasi

Emas

Emas, Investasi yang Hampir Dilupakan
Ketika arus modernisasi menguat, terjadi pergeseran nilai. Kian tinggi pendidikan, semakin realistis masyarakat. Berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan, perlahan tapi pasti, orang mulai melirik investasi modern lainnya seperti: Tabungan, Deposito, Saham, Reksadana dan lain sebagainya. Namun dua kali krisis moneter terjadi di Indonesia, tahun 1998 dan 2008, investasi Emas mebuktikan jauh lebih aman dari investasi lainnya.
gold i oz gold Gold Coin gold 01
Pertama, emas adalah benda yg mempunyai NILAI INFLASI NOL. Kedua, tiap tahun harga emas mengalami kenaikan rata-rata sekitar 20% -30% bahkan lebih. Tapi sebetulnya bukan harga emas yang naik…nilai emas tetap saja segitu, tapi nilai uang yang terus turun, jadi seolah-olah emas yang naik. Kalau kita punya uang lalu disimpan di bank apalagi untuk jangka panjang, sesungguhnya tanpa kita sadari uang kita tersebut berkurang karena inflasi. Nilai uang 100 juta saat ini tidak sama dengan nilai uang 100 jt 10 tahun yang akan datang. Dari data yg ada hitungan inflasi bisa mencapai 10%/thn, sementara bunga tabungan hanya 2.5%-3.5% per-tahun atau paling besar juga deposito 6%-7% per-tahun.
Uang seharusnya memiliki tiga fungsi utama: Sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange), Sebagai Satuan Pembukuan (Unit of Account) dan Sebagai Unit Penyimpanan Nilai (Store of Value). Pertanyaannya adalah, apakah Uang Kertas yang kita pergunakan sehari-hari memiliki ketiga fungsi tersebut?
- Fungsi sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange), jawabannya YA. Secara de facto dan de jure, Uang Kertas saat ini menjadi satu-satunya alat tukar yang sah dan kita pergunakan sehari-hari.
- Fungsi sebagai Satuan Pembukuan (Unit of Account), jawabannya YA. Walaupun ini masih harus dipertanyakan, mengapa karena salah satu prinsip Akuntansi dan Pembukuan adalah konsistensi, sementara nilai Uang Kertas tidak pernah konsisten. Nanti kita bahas dalam artikel yang berbeda, saat ini saya tidak akan membahas ini.
- Fungsi sebagai Unit Penyimpanan Nilai (Store of Value). Kalau ini jawabannya sudah jelas TIDAK. Setiap saat secara perlahan dan PASTI nilai Uang Kertas Anda di “rampok” oleh oknum yang namanya INFLASI.
Beberapa manfaat dari kepemilikan Emas secara fisik adalah sebagai berikut :
  1. Tidak Ada Counterparty Risk Dalam Emas. Ketika Anda memegang Emas, Anda memegang Tangible Asset yang tidak tergantung pada orang lain. Tangible Asset dalam genggaman Anda ini menjadi semakin penting pada saat krisis keuangan melanda. Tanyakan pada orang yang menaruh uang di Lehman Brothers (Amerika) misalnya. Juga pada orang yang mengalami krisis finansial yang serius di negaranya, maka Anda akan tahu betapa pentingnya Tangible Asset berupa Emas ini
  2. Konsistensi Daya Beli. Katakanlah harga Emas turun menjadi US$ 500/troy oz dua tahun lagi, pastilah harga komiditi yang lain seperti gandum, minyak, dsb juga ikut turun. Statistik berabad-abad menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara harga Emas dengan harga komoditi-komoditi yang dibutuhkan manusia. Jadi seandainya harga Emas turun, Anda juga tidak mengalami penurunan dalam kemakmuran Anda, karena Anda akan tetap dapat membeli barang-barang kebutuhan Anda dengan jumlah Emas yang sama.
  3. Tidak Tergantung Pada Keputusan Pemerintah. Beda dengan Uang Kertas yang nilainya bergantung pada keputusan pemerintah dan birokrat masing-masing negara, Emas nilainya sama sekali tidak bergantung mereka. Dengan memegang Emas, Anda tidak perlu mencemaskan keputusan Pemerintah Anda tentang suku bunga dan sejenisnya.
  4. Asset Yang Berada Di Luar Sistem Perbankan. Dengan Emas Anda berkesempatan untuk memiliki aset yang di luar pengaruh sistem perbankan sama sekali. Kita tahu bahwa perbankan di seluruh dunia tanpa terkecuali negara maju sekalipun selalu dihantui krisis dari waktu ke waktu. Dengan Emas Anda akan terbebas dari pusaran krisis perbankan yang bisa muncul kapan saja dan di mana saja.
  5. Motivasi untuk strategi ketahanan financial. Emas sudah terbukti dan teruji dalam rentang waktu yang sangat panjang dalam melawan Inflasi. Orang cenderung akan membeli Emas apabila ia tahu inflasi akan memburuk.
Mengapa Emas disebut sebagai Logam Terpilih?
Emas adalah Lambang . . .

Minggu, 10 April 2011

Positive Visualization


NillNillNill
Positive visualization: 

What You Think is What You Create

Creativity requires courage and is therefore avoided by the majority of people. The creative process cannot take place until you are willing to let go of what you presently have and replace it with something new. 
Here are a few steps, taken from the Manifesting Results course, you can do in order to manifest successfully, anything you are willing to create:

 
(See also: Practising Law of AttractionNisandeh Neta, Law of Attraction, Practising Law of AttractionLaw of Attraction for Prosperity, Law of Attraction for Love, Law of Attraction - Obstacles )

Sabtu, 09 April 2011

Pareto Principle ( The 80-20 Rule )

Pareto Principle - The 80-20 Rule - Complete Information

What is the Pareto Principle ?
The misnamed Pareto principle (also known as the 20-80 rule, the law of the vital few and the principle of factor sparsity) states that for many phenomena 80% of consequences stem from 20% of the causes. The idea has rule-of-thumb application in many places, but it's also commonly and unthinkingly misused.

It is important to note that many people misconstrue the principle (because of the coincidence that 20+80=100): it could just as well read that 80% of the consequences stem from 10% of the causes. Many people would reject such an "80-10" rule, but it is mathematically meaningful nevertheless.The principle was suggested by management thinker Joseph M. Juran. It was named after the Italian economist Vilfredo Pareto, who observed that 80% of property in Italy was owned by 20% of the Italian population. Since J. M. Juran adopted the idea, it might better be called "Juran's assumption". That assumption is that most of the results in any situation are determined by a small number of causes. That idea is often applied to data such as sales figures: "20% of clients are responsible for 80% of sales volume." This is testable, it's likely to be roughly right, and it is helpful in your future decision making.
Some hold that the principle is recursive, and may be applied to the top 20% of causes; thus there would be a "64-4" rule, and a "51.8-0.8" rule, and so on.
This is a special case of the wider phenomenon of Pareto distributions.
The Pareto principle is unrelated to Pareto efficiency, which really was introduced by Vilfredo Pareto.
Who was Vilfredo Pareto?
Vilfredo Pareto (born July 15, 1848 in France - died August 19, 1923 in Lausanne, Switzerland) made several important contributions to economics, sociology and moral philosophy, especially in the study of income distribution and in the analysis of individuals' choices. He introduced the concept of Pareto efficiency and helped develop the field of microeconomics with ideas such as indifference curves.
In 1906, he made the well-known observation that 20% of the population owned 80% of the property in Italy, later generalised (by Joseph M. Juran and others) into the so-called Pareto principle (for many phenomena 80% of consequences stem from 20% of the causes)


Who was Joseph M. Juran, the real "father" of the Pareto Principle?

Joeseph M. Juran (born December 1904 in Romania) has been called the "father" of quality. Joseph M. Juran's major contribution to the world has been in the field of quality management. Perhaps most important, he is recognized as the person who added the human dimension to quality—broadening it from its statistical origins.
In 1937, Dr. Juran conceptualized the Pareto principle, which millions of managers rely on to help separate the "vital few" from the "useful many" in their activities. This is commonly referred to as the 20-80 principle. In 2003, the American Society for Quality is proposing renaming the Pareto Principle the "Juran Principle." Its universal application makes it one of the most useful concepts and tools of modern-day management.



source, read more ...: http://www.gassner.co.il/pareto/

Jumat, 08 April 2011

Gold: 'This is the perfect storm'

Gold: 'This is the perfect storm'

On Friday April 8, 2011, 12:14 pm EDT


Gold prices have hit a series of record highs this week, as a combination of inflation worries, a weaker U.S. dollar and geopolitical turmoil have weighed on investor confidence.
On Friday, gold futures for June delivery were up $15.40, or 1%, to $1,474.90 an ounce, a day after the contract settled at a nominal all-time high of $1,459.30 an ounce.
Gold has been on a tear since late January, when the metal traded as low as $1,320 an ounce. But the rally kicked into high gear this week, with gold touching new highs every day except Monday.
Of course, the records this week are not adjusted for inflation. Gold rose to $825.50 per ounce on Jan. 21, 1980, which is $2,211.65 in today's dollars, according to the Minneapolis Fed Calculator.
Silver, meanwhile, rose over 2% to $40.46 an ounce, marking a fresh 31-year high on Friday. Indeed, silver outperformed gold for the week, rising nearly 7% versus a 3.2% gain for the yellow metal.
Platinum also rallied, jumping 2.4% this week to trade at $1,812.10 an ounce on Friday.
This week's gains were driven by the confluence of several gold-friendly developments, said George Gero, a senior metals analyst at RBC Wealth Management.
"This is the perfect storm," he said.
source , read more ...

Kamis, 07 April 2011

Gold, Silver and Oil are Skyrocketing

Gold, Silver And Oil Are All Skyrocketing And That Is Bad News For The U.S. EconomyApril 7, 2011

The following is one statement that you should get used to seeing: The price of gold set another record today.  Today, spot gold reached a new all-time record of $1461.91 an ounce before settling back a little bit.  Silver is also skyrocketing.  At one point today silver hit $39.75 an ounce.  It seems inevitable that at some point we are going to be talking about $50 silver.  The price of oil is also continuing to relentlessly march upwards.  At last check U.S. oil was at about $108 a barrel.  All of this is great news for those that are investing in gold, silver and oil, but all of this is also really bad news for the U.S. economy.  Why?  Well, because when these commodities go up in price it is a sign that the U.S. dollar is dying and that our country is getting closer to economic collapse.
Traditionally, there has been an inverse correlation between the price of gold and the value of the U.S. dollar.  Usually when the U.S. dollar goes down, the price of gold goes up.
One of the main reasons why gold has been so strong over the past year is because the U.S. dollar has been rapidly losing value.
So why is the U.S. dollar declining?
Most economists point to all of the quantitative easing that the Federal Reserve has been doing.
So exactly what is quantitative easing?
source , read more . . .